M A K A L A H
PERKEMBANGAN OLAHRAGA SEPAK BOLA
DI KABUPATEN PACITAN










Disusun Oleh :
URIP ROKHMANUDIN
NIM, 158 520 1025




FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STRATA 1 ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ MALANG



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan ridho dan kesempatan yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang mengangkat tema PERKEMBANGAN OLAHRAGA SEPAKBOLA DI KABUPATEN PACITAN.
Penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu penilaian dalam proses kegiatan perkuliahan  pada Tahun Akademik 2015 / 2016.
Pengangkatan tema dalam makalah ini berlandaskan keprihatinan penulis terhadap perkembangan olahraga di Pacitan khususnya pada cabang Sepak Bola, yang mana cabang olahraga ini adalah yang paling populer di Indonesia.
Sebagaimana maksud dari tujuan penulisan makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat mendapatkan penilaian terbaik dan terlepas dari itu makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dalam proses kegiatan perkuliahan.

Pacitan,     Oktober 2015


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pacitan adalah sebuah kota di tepi pantai selatan yang terletak pada garis lintang selatan : 8' 3 – 8' 17 bujur timur 11' 2 – 11' 28. Pacitan adalah sebuah kabupaten yang terletak di penghujung barat daya provinsi Jawa Timur yang berjarak 270 km dari kota Surabaya atau 100 km dari Solo. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul.
Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepakbola adalah permainan yang sangat populer, karena permainan sepakbola sering dilakukan oleh anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.
Saat ini perkembangan permainan sepakbola sangat pesat sekali, hal ini ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah sepakbola (SSB) yang didirikan. Tujuan dari permainan sepakbola adalah masing-masing regu atau kesebelasan yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin, dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang memerlukan dasar kerjasama antar sesama anggota regu, sebagai salah satu ciri khas dari permainan sepakbola.
Di Pacitan, sepakbola juga merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat. Terbukti dengan mulai berkembangnya Sekolah Sepakbola (SSB) di beberapa wilayah di Kabupaten Pacitan.



B.     Tujuan Penyusunan
Makalah ini bertujuan untuk menggali informasi tentang sejarah perkembangan cabang olahraga Sepakbola di Kabupaten Pacitan.

C.    Rumusan Masalah
-          Bagaimana Sejarah Sepkbola di Kabupaten Pacitan
-          Bagaimana Perkembangan Olahraga Sepakbola di Pacitan
-          Bagaimana Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan olahraga di Pacitan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Sepak Bola
Sejarah olahraga sepak bola dimulai sejak abad ke-2 dan -3 sebelum Masehi di Cina. Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil. Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari]. Di Italia, permainan menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16.
Sepak bola modern mulai berkembang di Inggris dan menjadi sangat digemari. Di beberapa kompetisi, permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirnya Raja Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365. Raja James I dari Skotlandia juga mendukung larangan untuk memainkan sepak bola.  Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepak bola menjadi terkenal di lingkungan universitas dan sekolah. Kelahiran sepak bola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara olahraga rugby dengan sepak bola (soccer). Pada tahun 1869, membawa bola dengan tangan mulai dilarang dalam sepak bola. Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa oleh pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepak bola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan diberbagai negara.
Masuk Ke Indonesia
Sejarah sepak bola di Indonesia diawali dengan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta pada 19 April 1930 dengan pimpinan Soeratin Sosrosoegondo. Dalam kongres PSSI di Solo, organisasi tersebut mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Sejak saat itu, kegiatan sepak bola semakin sering digerakkan oleh PSSI dan makin banyak rakyat bermain di jalan atau alun-alun tempat Kompetisi I Perserikatan diadakan. Sebagai bentuk dukungan terhadap kebangkitan "Sepakbola Kebangsaan", Paku Buwono X mendirikan stadion Sriwedari yang membuat persepakbolaan Indonesia semakin gencar.
Sepeninggalan Soeratin Sosrosoegondo, prestasi tim nasional sepak bola Indonesia tidak terlalu memuaskan karena pembinaan tim nasional tidak diimbangi dengan pengembangan organisasi dan kompetisi. Pada era sebelum tahun 1970-an, beberapa pemain Indonesia sempat bersaing dalam kompetisi internasional, di antaranya Ramang, Sucipto Suntoro, Ronny Pattinasarani, dan Tan Liong Houw. Dalam perkembangannya, PSSI telah memperluas kompetisi sepak bola dalam negeri, di antaranya dengan penyelenggaraan Liga Super Indonesia, Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non amatir, serta Divisi Tiga untuk pemain amatir.

B.     Sepak Bola di Pacitan
Olahraga sepakbola di Pacitan sudah dikenal masyarakat mulai zaman dahulu, dibawa oleh anak – anak bangsa Belanda. Akan tetapi tidak semua orang bisa memainkannya pada kala itu. Sepakbola di Pacitan mulai dikenal luas dan digemari masyarakat seiring dengan berkembangnya teknologi TV Hitam Putih. Dimana saat itu di tahun 1966 TVRI untuk pertama kalinya menyiarkan siaran langsung piala dunia yang berlangsung di Inggris.
Adapun pada perkembangannya, Sepak Bola di Pacitan tidak bisa dilepaskan dari peran mantan bupati Pacitan tahun 1980 – 1985. Beliau adalah “bapak” sepak biola Pacitan.
Kolonel Imam hanafi adalah sosok militer pengganti Moch Koesnan. Putra asli Blitar ini adalah bupati milter yang berpenampilan kalem. Di balik penampilan kalem, Imam hanafi adalah perintis klub sepakbola di Pacitan yang cukup pupoler saat itu.
Persatuan Sepakbola tingkat kabupaten didirikan oleh Imam Hanafi, yang kemudian diberi nama PERSPA, itulah nama klub baru persepakbolaan lokal di Pacitan. Tidak seberapa lama klub ini terbentuk, putra – putra berbakat Pacitan yang ebrgabung di dalamnya mulai bertanding di level regional eks karesidenan Madiun. Kompetisi antar klub di wilayah Madiun juga pernah di gelar di Pacitan. Meski dilaksanakan alun – alun terbuka Pacitan, karena saat itu Pacitan belum memiliki stadion layaknya kabupaten lainnya.
Kecintaan Imam Hanafi pada sepakbola membuat kompetisi lokal di Pacitan menjadi hidup. Tercatat, setiap hari kamis sampai Ahad selalu ada pertandingan bola di alun – alun Pacitan. Klub – klub lokal yang turut berpartisipasi diantaranya Panca Arga, Hiu Kencana, Alba dan Tanjung Harapan Utama. Melalui mekanisme kompetisi yang teratur inilah yang membuat PERSPA cukup diperhitungkan di kawasan karesidenan Madiun.
Seringkali di alun – alun Pacitan digelar pertandingan persahabatan. Dengan harga tiket karcis 100 rupiah, penonton dapat menyaksikan pemain bola lokal yang hebat. Lebih enak lagi karena penonton mendapatkan kesempatan untuk memenangkan undian kambing melalui undian tiket masuk. Beberapa pemain lokal pun dikatakan cukup bagus, diantaranya kipper Bambang Mugiono, Yono Bendhol, Kabul, Mustakim, Nothet dan Ipud Supadmo.
Selain keberhasilan mengangkat sepakbola Pacitan, Imam Hanafi juga dirasakan oleh masyarakatnya adalah penerapan PP 31 tentang pengangkatan pegawai honorer menjadi PNS di tingkat Pemda Pacitan. Hampir semua pemain sepakbola yang bergabung di PERSPA diangkat menjadi PNS.

C.    Perkembangan Sepakbola di Pacitan
Perspa Pacitan adalah klub sepakbola yang didirkan pada tahun 1980an oleh mantan bupati Kolonel Imam Hanafi. .Klub yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Pacitan sekarang ini seperti "Terlupakan".Sudah beberapa tahun ini Perspa tidak mengikuti liga yang diselenggarakan oleh PSSI Pusat.
Saat ini Banyak bibit muda masuk ke dalam sekolah sepakbola (SSB), bahkan di Pacitan sudah digulirkan liga kelompok umur meskipun itu belum maksimal .Sekarang pertanyaanya, setelah besar mereka akan bermain dimana? klub luar? Rasanya itu sulit karena mereka harus bersekolah di Pacitan. Berarti harus ada klub yang bisa menjadi tujuan, menjadi motivasi bagi mereka bibit-bibit muda sepakbola Pacitan. Tentunya dengan Mengikuti liga taraf nasional yang diselenggarakan PSSI Pusat,Yaitu liga nusantara. Liga bentukan PSSI Dibagi menjadi 3 Divisi Yaitu Liga Nusantara, Divisi Utama, dan Indonesia Super League. Untuk tahun 2015 Perspa Melewatkan Liga nusantara sebagai liga Kasta Paling bawah.

D.    Sarana Olahraga Sepanbola di Pacitan
Lapangan Alun-alun Pacitan pernah menjadi saksi ketangkasan para pemain Perps Pacitan di dekade tahun 1980 hingga tahun 1990. Dimana saat itu Perps Pacitan benar-benar hidup. Berkompetisi melawan klub dari kota lain seperti Persemag Magetan, Persepon Ponorogo, PSM Madiun pernah dilakoni di lapangan alun-alun Pacitan. Antusias penonton pun luar biasa ketika Perspa Pacitan bermain. Memasuki tahun 2000 permainan kandang Perspa Pacitan beralih ke Lapangan Manggala Sakti dan beberapa waktu juga bermain di Stadion Mini Citra Mandiri yang berada di Kecamatan Arjosari.
Pada tahun 2004 pada masa pemerintahan bupati Sutrisno di mulai pengerjaan Stadion Pacitan. Mengambil lokasi di Lahan tidak produktif yang berada di belakang Kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Selain sebagai sarana olahraga pembangunan kompleks olahraga ini juga sebagai jalan untuk membuka lahan baru di wilayah kecamatan Pacitan kota. Sehingga titik keramaian tidak algi terpusat di alun-alun.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meresmikan sarana olahraga termegah di Pacitan itu pada Rabu 16 Oktober 2013. GOR Pacitan ini berfungsi untuk menunjang kegiatan olahraga dalam ruang atau indoor. Sebelumnya Pacitan telah memiliki GOR Gasibu, namun sudah tidak memenuhi standar. Jika ada pertandingan voli yang merupakan olahraga favorit masyarakat Pacitan, bisa dipastikan penonton membludak hingga ke pinggir lapangan. Oleh karena itulah Pemerintah Kabupaten Pacitan mendirikan GOR baru yang memenuhi standar nasional.
Sedangkan Stadion Pacitan adalah salah satu sarana olahraga yang terdapat di kawasan kompleks olahraga Kabupaten Pacitan. Terletak di jalan WR Soepratman, stadion ini pertama kali dibangun tahun 2004 dan sempat mengalami beberapa hambatan sehingga pembangunannya pun sempat terhenti.
Stadion yang kini berkapasitas sekitar 10.000 tempat duduk tersebut, layak untuk menggelar pertandingan di kompetisi Divisi Utama hal tersebut disampaikan langsung oleh Komite Kompetisi ASPROV PSSI Jawa Timur. Mengingat fasilitas yang ada di Stadion Pacitan sudah berstandar nasional seperti locker room, pers room, tribun terbuka dan tertutup, jogging track, lapangan parkir luas dan tidak jauh dari lokasi penginapan. Hanya saja stadion ini belum memiliki penerangan.
Hingga saat ini pertandingan yang tercatat di gelar di Stadion Pacitan didominasi pertandingan lokal antar Sekolah atau antar Desa di Kabupaten Pacitan. Piala Soeratin tercatat juga pernah di gelar di Stadion Pacitan pada tanggal 14 hingga 19 September 2014.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sepakbola Pacitan tidak bisa terlepas dari klub PERSPA Pacitan. Perspa Pacitan dirintis oleh Bupati Imam Hanafi. Dalam sejarahnya, tidak seberapa lama klub ini terbentuk, putra – putra berbakat Pacitan yang bergabung di dalamnya mulai bertanding di level regional eks karesidenan Madiun. Kompetisi antar klub di wilayah Madiun juga pernah di gelar di Pacitan. Meski dilaksanakan alun – alun terbuka Pacitan, karena saat itu Pacitan belum memiliki stadion layaknya kabupaten lainnya.
Diperlukan andil dari berbagai pihak, mulai dari Bupati, pengurus PSSI, KONI dan masyarakat Pacitan untuk dapat menghidupkan kembali sepakbola di Pacitan. Fasilitas yang ada untuk menunjang kegiatan olahraga di Pacitan sudah sangat layak pasca diresmikannya Kompleks Olahraga Pacitan oleh Presiden Republik Indonesia kala itu Susilo Bambang Yudhoyono.
























 Warnet BMI Pacitan