M A K A L A H
MIOPI (RABUN JAUH)
Disusun Oleh :
URIP ROKHMANUDIN, A.Ma
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI TREMAS
ARJOSARI
TAHUN PELAJARAN
2014 / 2015
1.1
Latar Belakang
Miopia (minus)
dapat diklasifikasikan sebagai miopia simpleks dan miopia patologis. Miopia
simpleks biasanya ringan dan miopia patalogis hampir selalu progresif. Keadaan
ini biasanya diturunkan orang tua pada anaknya. Miopia tinggi adalah salah satu
penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi adalah miopia
dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita dengan minus diatas 6 dioptri
mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.1
Sekitar lima
juta penduduk Inggris menderita rabun dekat dan 200.00 diantaranya menderita
miopia tinggi. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat menyebabkan kerusakan
retina atau ablasio. Miopia tinggi juga berkaitan dengan katarak dan glaukoma.
Miopia tinggi atau miopia degeneratif kronik dapat terjadi dalam suatu keluarga
(bersifat familial). Sebuah penelitian yang dilakukan pada 15
keluarga di Hongkong yang kemungkinan genetik menderita miopia tinggi pada 2
generasi terakhir didapatkan hasil bahwa lokus autosomal dominan yang berkaitan
dengan miopia tinggi adalah kromosom 18p.2,3
Operasi
laser untuk mengoreksi masalah penglihatan sudah dimulai sejak awal tahun
1990an. Photorefractive Keratotomy (PRK)
adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengoreksi miopia ringan sampai
sedang. Untuk miopia tinggi digunakan metode
Laser in-situ keratomileusis (LASIK). Sebuah penelitian yang yang dilakukan
oleh Miquel H dan Ankara University dan dipublikasikan pada bulan Januari 2008
oleh American Journal of Ophthalmology
menemukan bahwa operasi LASIK yang dilakukan pada pasien miopia >10 dioptri
aman dan efektif untuk jangka lama. Penelitian yang dilakukan oleh
Lindstrom, Hardten dan Chu tentang LASIK untuk penanganan miopia ringan, sedang
dan tinggi mendapatkan hasil awal bahwa LASIK untuk penanganan miopia ringan,
sedang dan tinggi dengan atau tanpa astigmatisme memberikan hasil yang
memjanjikan, meskipun memerlukan follow yang lama.4,5 Oleh karena
kelainan refraksi adalah kelainan pada mata yang sering dijumpai, maka penulis
tertarik menulis referat tentang kelaianan refraksi khususnya tentang miopia
tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Miopia
Tinggi
2.1.1 Definisi
Miopia merupakan kelainan
refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh
pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh
tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan
pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi
divergen,membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.
Miopia tinggi adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih.
Pengobatan pasien dengan miopia
adalah dengan memberikan kaca mata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -3,0 memberikan
tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya
diberikan lensa koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi.
2.1.2 Tipe
Miopia
- Miopia aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada
orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3
dioptri.
- Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus
dan kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan
miopia kurvatura, misalnya pada
stadium intumesen dari katarak.
Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan
menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
- Miopia indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita
diabetes melitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
- Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama
glaukoma berhubungan dengan terjadinya miopia.
Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:6
- Miopia sangat ringan, dimana
miopia sampai dengan 1 dioptri
- Miopia ringan, dimana miopia
antara1-3 dioptri
- Miopia sedang, dimana miopia
antara 3-6 dioptri
- Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri
- Miopia sangat tinggi, dimana
miopia >10 dioptri
Pemanjangan bola mata yang biasa
terjadi pada penderita miopia terbatas pada kutub posterior, sedang setengah
bagian depan bola mata relatif normal. Bola mata membesar secara nyata dan menonjol kebagian
posterior, segmen posterior sklera menipis dan pada keadaan ekstrim dapat
menjadi seperempat dari ketebalan normal.
Hubungan antara
miopia dan kenaikan tekanan bola mata telah banyak
menjadi bahan publikasi. Tekanan intraokuli mempunyai peranan penting pada
pertumbuhan dan perkembangan bola mata. Mata mempunyai respon terhadap
peningkatan tekanan intraokuli dengan cara bertambahnya ukuran bola
mata terutama diameter aksial dengan akibat berkembangnya suatu
miopia.Tekanan bola mata rata-rata pada penderita miopia secara nyata mempunyai
tendensi lebih tinggi dari mata emetrop dan hipermetrop. Prevalensi miopia
diantara penderita glaukoma bervariasi, Gorin G menyatakan 38%, Huet Jf 25%,
tetapi Davenport melaporkan 7,4% diantara 1500 penderita glaukoma. Miopia
tinggi dapat menjadi predisposisi terhadap glaukoma sudut terbuka.
Pada mata dengan miopia tinggi
akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti miopik kresen yaitu bercak
atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna
putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang
disebut annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit
harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina
bagian perifer (degenerasi latis).
Degenerasi latis adalah
degenerasi vitreoretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa penipisan
retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih
bercabang-cabang dan bintik-bintik kuning keputihan (Gambar 1). Perkiraan
insiden sebesar 7% dari populasi umum. Degenerasi latis lebih sering dijumpai
pada mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3
pasien dengan ablasio retina. Tanda utama penyakit adalah retina yang tipis
yang ditandai oleh batas tegas dengan perlekatan erat
Patogenesis degenerasi latis
tidak sepenuhnya dimengerti, meskipun beberapa teori telah dikemukakan. Tidak
adanya pertumbuhan regional membran limitan interna retina ditambah dengan
adanya tarikan abnormal dari vitreoretinal merupakan teori yang banyak
digunakan saat ini.
Adanya degenerasi latis
semata-mata tidak cukup memberi alasan untuk memberikan terapi profilaksis.
Riwayat ablasio retina pada keluarga, ablasio retina di mata yang lain, miopia
tinggi dan afakia adalah faktor-faktor risiko terjadinya ablasio retina pada
mata dengan degenerasi latis, dan mungkin diindikasikan terapi profilaksis
dengan bedah beku atau fotokoagulasi laser.
Miopia maligna adalah miopia yang
berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan. Miopia
maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus
okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang
terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.8
Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang kadang terjadi ruptur membran Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.
Dapat juga ditemukan bercak Fuch erupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atrofi lapis sensoris retina luar, dan lebih lanjut akan terjadi degenerasi
papil saaraf optik. Miopia maligna dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi
sejak lahir. Pada anak-anak diagnosis sudah dapat dibuat jika terdapat
peningkatan beratnya miopia dalam waktu yang relatif pendek.
Etiologi dari miopia maligna
sampai saat ini belum jelas. Biasanya faktor utama untuk menentukan tipe miopia
adalah kelemahan dan ketidakmampuan sklera untuk mempertahankan tekanan
intraokular tanpa kontraksi dan relaksasi. Umumnya perubahan fundus disebabkan
oleh kontraksi tetapi perubahan ini lebih dipengaruhi oleh kelainan
perkembangan genetik yang mempengaruhi seluruh segmen posterior mata. Perubahan
yang terjadi tidak begitu berbeda dengan miopia simpleks. Miopia maligna
berhubungan dengan penyakit sistemik seperti Marfan’s syndrome, prematur
retinopati, Ehler’s-Danlos sindrom dan albinisme.11
Patogenesis dari miopia maligna
masih belum jelas. Sebelumnya pernah diidentifikasi adanya lokus autosomal
dominan miopia maligna pada gen 18p11.31. pada penemuan selanjutnya, ditemukan
adanya gen heterogen miopia maligna yang terkait dengan lokus kedua dari gen
12q2123.
Miopia maligna terdiri dari dua
stadium:
- Stadium developmen
Kerusakan pada
stadium ini disebabkan pemanjangan dari aksis diikuti dengan kerusakan
vaskular. Pemanjangan dari aksis bola mata, yang disebut staphyloma posterior,
timbul akibat penipisan sklera. Ekstasia sklera yang progresif terbentuk pada
kutub posterior (diskus nervus optikus dan makula), bagian inferior, nasal,
atau dalam bentuk multipel. Kerusakan pada membran Bruch disertai dengan atropi
khoroid membentuk lesi yang disebut Lackuer
cracks. Hal ini berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya neovaskularisasi
pada khoroid.
- Stadium degenerasi
Stadium ini merupakan tahap akhir dari stadium developmen.
2.1.3 Etiologi
dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis pada
miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan penting
dari waktu kewaktu misalnya konvergen yang berlebihan, akomodasi yang
berlebihan, lapisan okuler kongestif, kelainan pertumbuhan okuler, avitaminosis
dan disfungsi endokrin. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan
bahwa miopia ditentukan secara genetik.
Pengaruh faktor herediter telah
diteliti secara luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan
postnatal telah didapatkan untuk operasi penyebab miopia.
2.1.4 Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
- Kabur bila melihat jauh
- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak
dekat
- Lekas lelah bila membaca (
karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )
- Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia
simpleks :
a) Pada segmen
anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol. edit by WARNET BMI Pacitan
b) Pada segmen
posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopia (myopic cresent) yang ringan
di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan
miopia simpleks
b) Gambaran yang
ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
- Badan
kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia
- Papil
saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur
- Makula :
berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan
subretina pada daerah makula.
- Retina
bagian perifer : berupa degenersi
kista retina bagian perifer
- Seluruh
lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid.
Kesalahan pada saat pemeriksaan
refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang terjadi pada miop tinggi.
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan karena perdarahan
makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami dekompensasi.
Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh karena
rusaknya membrana Bruch.
Dikatakan miop tinggi apabila
melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi hingga mencapai -35.00
dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan panjangnya aksial
mIopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada normal,
sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.edit by WARNET BMI Pacitan
2.1.5 Koreksi
Miopia Tinggi
a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan
Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien
miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi
menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk
miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok
dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil
untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material
lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa,
semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman
cahaya melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat
resolusi yang lebih tinggi.
b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan
Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk
mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak. Banyak jenis lensa
kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah
tersedia lebih dari -16.00 dioptri.15
Lensa kontak ada dua macam
yaitu lensa kontak lunak (soft lens)
serta lensa kontak keras (hard lens).
Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak disusun
oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak
keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).
Keuntungan lensa kontak
lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya,
dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian
lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal,
risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet
serta perawatannya sulit.
Kontak lensa keras
mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam
jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari
2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan
fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman.
Pemakaian lensa kontak
harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi
komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2.
Hal ini disebut Dk (gas Diffusion
Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen,
sehingga semakin baik bahan tersebut.
Lensa Kontak
Ditinjau dari Segi Klinis
1. Lapang
Pandangan
Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak
memerlukan bingkai dalam pemakaiannya,
lensa kontak memberikan lapang pandangan yang terkoreksi lebih luas
dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit menimbulkan distorsi pada
bagian perifer.edit by WARNET BMI Pacitan
2. Ukuran Bayangan
di Retina
Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan
dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia
memiliki bayangan yang lebih besar di retina, sedangkan pada penderita
hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil.16
3. Akomodasi
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan akomodasi
pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada penderita
hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.16
Pemilihan Lensa
Kontak
Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
Lensa Kontak
Lunak
|
Lensa Kontak
Keras
|
Pemakaian
lensa kontak pertama kali
|
Gagal dengan
lensa kontak lunak
|
Pemakaian
sementara
|
Iregularitas
kornea
|
Bayi dan
anak-anak
|
Alergi dengan
bahan lensa kontak lunak
|
Orang tua
|
Dry eye
|
Terapi
terhadap kelainan kornea (sebagai bandage)
|
Astigmatisme
|
|
Keratokonus
|
|
Pasien dengan
overwearing problem
|
c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK
LASIK adalah suatu tindakan
koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara
merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK,
penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak,
sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat
(hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).
Untuk dapat menjalani prosedur
LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu
- Ingin
terbebas dari kacamata dan lensa kontak
- Kelainan
refraksi:
Miopia
sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai
dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
- Usia minimal 18 tahun
- Tidak sedang hamil atau menyusui
- Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
- Mempunyai
ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan
- Tidak ada
kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,
glaukoma dan ambliopia
- Telah
melepas lensa kontak (Soft contact
lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari
untuk lensa kontak (hard contact
lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:17
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun
dikarenakan refraksi belum stabil.
- Sedang hamil atau menyusui.
- Kelainan kornea atau kornea
terlalu tipis.
- Riwayat penyakit glaukoma.
- Penderita diabetes mellitus.
- Mata kering
- Penyakit : autoimun, kolagen
- Pasien Monokular
- Kelainan retina atau katarak
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi
atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan
pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh
dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan
teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga
dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.edit by WARNET BMI Pacitan
Persiapan calon pasien LASIK:
a.
Pemeriksaan refraksi, slit lamp,
tekanan bola mata dan finduskopi
b.
Pemeriksan topografi kornea /
keratometri / pakhimetri Orbscan
c.
Analisa aberometer Zy Wave,
mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK
d.
Menilai kelayakan tindakan untuk
menghindari komplikasi
Sebagian besar pasien yang telah
melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan,
akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau tindakan medis
lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK
dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:
a. Kelebihan /
Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca tindakan
LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat
diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih
kurang 3 bulan setelah tindakan.
b. Akibat dari
menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser (Free flap, button hole, decentration flap).
Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.
c. Biasanya akan
terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah
tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin
diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
d. Silau saat
melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang besar
dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Komplikasi
sangat jarang terjadi, dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:
a.
Anestesi topikal (tetes mata)
b.
Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
c.
Tanpa rasa nyeri (Painless)
d.
Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
e.
Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
f.
Komplikasi yang rendah
g.
Prosedur dapat diulang (Enhancement)
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa
ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling
esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi
terus-menerus.edit by WARNET BMI Pacitan Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau terdapat ambliopia.
DAFTAR PUSTAKA
- Bandung Eye Centre. Minus Tinggi dan Komplikasi
Mata. http://www.bandung-eyecentre.com/index.php [diakses tanggal 26 Januari 2009].
- Royal National Institute of Blind People. High
Degree Miopia. http://www.rinb.org.uk
[diakses tanggal 26 Januari 2009].
- Dennis SC, Lam, Pancy OS et al. Familial High Miopia Linkage to Chromosome
18p. Hongkong: Department of Ophthalmology and
Visual Sciences Chinese University of Hongkong, China Ophthalmologica
2003;217:115-118.
- Elsevier's Health Sciences. Study of high miopia patients ten years after LASIK surgery. http://www.elvesierhealth.com. [diakses
tanggal 26 Januari 2009].
- Linstrom
RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for the
Treatment of Low, Moderate and High Miopia. http://bibliote
kontraksi dan relaksasi. Umumnya perubahan fundus disebabkan
oleh kontraksi tetapi perubahan ini lebih dipengaruhi oleh kelainan
perkembangan genetik yang mempengaruhi seluruh segmen posterior mata. Perubahan
yang terjadi tidak begitu berbeda dengan miopia simpleks. Miopia maligna
berhubungan dengan penyakit sistemik seperti Marfan’s syndrome, prematur
retinopati, Ehler’s-Danlos sindrom dan albinisme.11
Patogenesis dari miopia maligna
masih belum jelas. Sebelumnya pernah diidentifikasi adanya lokus autosomal
dominan miopia maligna pada gen 18p11.31. pada penemuan selanjutnya, ditemukan
adanya gen heterogen miopia maligna yang terkait dengan lokus kedua dari gen
12q2123.8
Miopia maligna terdiri dari dua
stadium:6
- Stadium developmen
Kerusakan pada
stadium ini disebabkan pemanjangan dari aksis diikuti dengan kerusakan
vaskular. Pemanjangan dari aksis bola mata, yang disebut staphyloma posterior,
timbul akibat penipisan sklera. Ekstasia sklera yang progresif terbentuk pada
kutub posterior (diskus nervus optikus dan makula), bagian inferior, nasal,
atau dalam bentuk multipel. Kerusakan pada membran Bruch disertai dengan atropi
khoroid membentuk lesi yang disebut Lackuer
cracks. Hal ini berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya neovaskularisasi
pada khoroid.
- Stadium degenerasi
Stadium ini merupakan tahap akhir dari stadium developmen.
2.1.3 Etiologi
dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis pada
miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan penting
dari waktu kewaktu misalnya konvergen yang berlebihan, akomodasi yang
berlebihan, lapisan okuler kongestif, kelainan pertumbuhan okuler, avitaminosis
dan disfungsi endokrin. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan
bahwa miopia ditentukan secara genetik.13
Pengaruh faktor herediter telah
diteliti secara luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan
postnatal telah didapatkan untuk operasi penyebab miopia. 13
2.1.4 Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
- Kabur bila melihat jauh
- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak
dekat
- Lekas lelah bila membaca (
karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )
- Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain: 8
1. Miopia
simpleks :
a) Pada segmen
anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen
posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopia (myopic cresent) yang ringan
di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan
miopia simpleks
b) Gambaran yang
ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
- Badan
kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia
- Papil
saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur
- Makula :
berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan
subretina pada daerah makula.
- Retina
bagian perifer : berupa degenersi
kista retina bagian perifer
- Seluruh
lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid.
Kesalahan pada saat pemeriksaan
refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang terjadi pada miop tinggi.
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan karena perdarahan
makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami dekompensasi.
Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh karena
rusaknya membrana Bruch.14
Dikatakan miop tinggi apabila
melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi hingga mencapai -35.00
dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan panjangnya aksial
mIopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada normal,
sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.15
2.1.5 Koreksi
Miopia Tinggi
a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan
Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien
miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi
menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk
miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok
dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil
untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material
lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa,
semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman
cahaya melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat
resolusi yang lebih tinggi.15
b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan
Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk
mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak. Banyak jenis lensa
kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah
tersedia lebih dari -16.00 dioptri.15
Lensa kontak ada dua macam
yaitu lensa kontak lunak (soft lens)
serta lensa kontak keras (hard lens).
Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak disusun
oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak
keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).16
Keuntungan lensa kontak
lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya,
dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian
lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal,
risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet
serta perawatannya sulit.16
Kontak lensa keras
mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam
jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari
2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan
fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman.16
Pemakaian lensa kontak
harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi
komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2.
Hal ini disebut Dk (gas Diffusion
Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen,
sehingga semakin baik bahan tersebut.
Lensa Kontak
Ditinjau dari Segi Klinis
1. Lapang
Pandangan
Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak
memerlukan bingkai dalam pemakaiannya,
lensa kontak memberikan lapang pandangan yang terkoreksi lebih luas
dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit menimbulkan distorsi pada
bagian perifer.16
2. Ukuran Bayangan
di Retina
Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan
dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia
memiliki bayangan yang lebih besar di retina, sedangkan pada penderita
hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil.16
3. Akomodasi
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan akomodasi
pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada penderita
hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.16
Pemilihan Lensa
Kontak
Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
(Dikutip dari: kepustakaan 16)
Lensa Kontak
Lunak
|
Lensa Kontak
Keras
|
Pemakaian
lensa kontak pertama kali
|
Gagal dengan
lensa kontak lunak
|
Pemakaian
sementara
|
Iregularitas
kornea
|
Bayi dan
anak-anak
|
Alergi dengan
bahan lensa kontak lunak
|
Orang tua
|
Dry eye
|
Terapi
terhadap kelainan kornea (sebagai bandage)
|
Astigmatisme
|
|
Keratokonus
|
|
Pasien dengan
overwearing problem
|
c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK
LASIK adalah suatu tindakan
koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara
merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK,
penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak,
sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat
(hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).17
Untuk dapat menjalani prosedur
LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:17
- Ingin
terbebas dari kacamata dan lensa kontak
- Kelainan
refraksi:
Miopia
sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai
dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
- Usia minimal 18 tahun
- Tidak sedang hamil atau menyusui
- Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
- Mempunyai
ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan
- Tidak ada
kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,
glaukoma dan ambliopia
- Telah
melepas lensa kontak (Soft contact
lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari
untuk lensa kontak (hard contact
lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:17
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun
dikarenakan refraksi belum stabil.
- Sedang hamil atau menyusui.
- Kelainan kornea atau kornea
terlalu tipis.
- Riwayat penyakit glaukoma.
- Penderita diabetes mellitus.
- Mata kering
- Penyakit : autoimun, kolagen
- Pasien Monokular
- Kelainan retina atau katarak
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi
atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan
pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh
dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan
teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga
dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.17
Persiapan calon pasien LASIK:17
a.
Pemeriksaan refraksi, slit lamp,
tekanan bola mata dan finduskopi
b.
Pemeriksan topografi kornea /
keratometri / pakhimetri Orbscan
c.
Analisa aberometer Zy Wave,
mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK
d.
Menilai kelayakan tindakan untuk
menghindari komplikasi
Sebagian besar pasien yang telah
melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan,
akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau tindakan medis
lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK
dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:
a. Kelebihan /
Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca tindakan
LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat
diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih
kurang 3 bulan setelah tindakan.
b. Akibat dari
menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser (Free flap, button hole, decentration flap).
Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.
c. Biasanya akan
terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah
tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin
diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
d. Silau saat
melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang besar
dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Komplikasi
sangat jarang terjadi, dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:
a.
Anestesi topikal (tetes mata)
b.
Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
c.
Tanpa rasa nyeri (Painless)
d.
Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
e.
Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
f.
Komplikasi yang rendah
g.
Prosedur dapat diulang (Enhancement)
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa
ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling
esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi
terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau terdapat ambliopia.7,8
DAFTAR PUSTAKA
- Bandung Eye Centre. Minus Tinggi dan Komplikasi
Mata. http://www.bandung-eyecentre.com/index.php [diakses tanggal 26 Januari 2009].
- Royal National Institute of Blind People. High
Degree Miopia. http://www.rinb.org.uk
[diakses tanggal 26 Januari 2009].
- Dennis SC, Lam, Pancy OS et al. Familial High Miopia Linkage to Chromosome
18p. Hongkong: Department of Ophthalmology and
Visual Sciences Chinese University of Hongkong, China Ophthalmologica
2003;217:115-118.
- Elsevier's Health Sciences. Study of high miopia patients ten years after LASIK surgery. http://www.elvesierhealth.com. [diakses
tanggal 26 Januari 2009].
- Linstrom
RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for the
Treatment of Low, Moderate and High Miopia. http://bibliote