PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Pendahuluan
Berdasarkan UU No. 20/2003
tentang Sisdiknas, Pasal 3, pendidikan nasional befungsi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan bangsa kita, seperti
dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, upaya Guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan amalan mulia karena
memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut lewat
pengorbanan yang tidak sedikit.
Guru yang sudah banyak jam
terbangnya pasti punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat dirasakan ketika
siswa-siswa berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi guru. Guru pasti menginginkan siswa-siswa nya selalu
berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan yang mulia tersebut terkadang,
bahkan sering tidak tercapai karena berbagai alasan. misalnya, mungkin guru sering menemukan siswa-siswa tidak
bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang
bertanggung jawab dsb. Pasti guru sudah
melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih kurang dari
yang diinginkan.
Sebagian besar guru masih ingin mengatasi masalah-masalah ditemukan
di kelas. Sebagian dari mereka mencoba
mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? Mendengar kata
’penelitian’ mungkin kita ingat
pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali
direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus
terjun ke lapangan menemui responden, yang tidak selalu menyambut dengan ramah
kedatangan kita sebagai peneliti. Guru, harus kecewa karena angket tidak
semua dikembalikan, harus menganalisis data dan seirng tersandung masalah
statistik, dan setelah analisis selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak
selalu siap dipraktikkan di dunia nyata dan sebagainya. Singkatnya,
kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya cukup
berat.
Kita tidak perlu mengalami itu semua
ketika melakukan penelitian tindakan., karena
jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis
penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga
penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk
guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian
tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian
tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru.
Oleh karena itu para guru sebaiknya menyamakan pemahaman tentang pentingnya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
di kelas.
Dalam Diklat Pengawas Bidang Studi PKn SMP, keberadaan mata tataran PTK
bertujuan untuk membekali para Pengwas agar lebih memiliki kemauan dan
kemampuan untuk membina dan membantu
Guru di lapangan dalam melaksanakan PTK. dengan harapan Guru lebih terbiasa
dann lebih memiliki kemampuan untuk melaksanakan PTK dalam upaya memperbaiki
kualitas pembelajaran.
B. PTK dan Ciri-cirinya
Penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan
dunia nyata, maka PTK cocok untuk guru. Kita mungkin heran kenapa istilah ’penelitian’ yang
biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah ’tindakan’.
Keheranan Guru tidak berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong
muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang telah ratusan tahun
dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat membantu Guru dalam
memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan (Kemmis & McTaggrt,
1988 )
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang
ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang
dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.
Apakah kegiatan PTK tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali
tidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di
kelas sesuai dengan jadwal. Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat
situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung
gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Sebagai subyek dalam PTK termasuk murid-murid yang sedang
melakukan kegiatan pembelajaran. Di
dalam melaksanakan PTK bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran
yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator dan observer.
Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang
dinamis pula, peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada. Guru memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel
agar kegiatan PTK selaras dengan situasi
yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya
perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari
semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu
sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Oleh karena itu diperlukan kerangka kerja agar
masalah pembelajaran secara praktis
dapat dipecahkan dalam situasi nyata melalui PTK. Tindakan dilaksanakan secara
terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan
lgurusan dalam melakukan modifikasi.
Untuk dapat meraih perubahan dan perbaikian dalam pembelajaran yang
diinginkan melalui PTK, menurut McNiff (1991), ada beberapa persyaratan PTK,
yakni :
- Guru dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional.
- Guru dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
- Tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis.
- Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.
- Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.
- Guru mesti mamantau secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik
- Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
- Peneliti (guru) perlu memvalidasi pernyataan tentang keberhasilan tindakannya lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
Kapan secara tepat guru dapat melakukan PTK?”
Jawabnya: Ketika guru ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi
tanggung jawab nya dan sekaligus ingin melibatkan murid-murid Guru dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru ingin meningkatkan praktik pembelajaran,
pemahaman dan ingin memperbaiki situasi pembelajaran di kelas.Dapat dikatakan
bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran, perilaku
murid-murid di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan
pembelajaran kelas. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di ruang kelas.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
pembelajaran di ruangan kelas. Menurut Cohen (1990), PTK dapat berfungsi
sebagai :
1. Alat untuk mengatasi
masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;
2. Alat pelatihan dalam-jabatan,
membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya
kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;
3. Alat untuk memasukkan ke dalam
sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif;
4. Alat untuk meningkatkan
komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
5. Alat untuk menyediakan alternatif
bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah
kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil
penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang
lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata
yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung
diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan
melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
Menurut Calhoun, E.F (1993), PTK memiliki kelebihan berikut :
(1) tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK
(1) tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK
PTK Guru juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Guru sendiri karena terlalu
banyak berurusan dengan hal-hal praktis; (2) rendahnya efisiensi waktu
karena Guru harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya
sementara Guru masih harus melakukan tugas rutin; (3) konsepsi
proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan
tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam
situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.
Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi: (1) kesediaan
untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan
sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang
tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat; dan (6) pengetahuan tentang dasar-dasar proses
kelompok oleh peserta penelitian.
C. Penelitian
Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK
yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri
(Burns, 1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif , yakni: (1)
penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu
yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama;
(2) penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota
kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik
dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup
gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi
terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada guru dan murid-murid serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang
ada.
Menurut
Burns (dalam Muhajir, N., 1997), butir-butir
yang perlu dipertimbangkan dalam PTK Guru antara lain :
2. PTK Guru hendaknya benar-benar
memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan Guru sebagai guru dan
sejawat;
3. PTK Guru hendaknya terpusat pada
masalah-masalah pembelajaran kelas Guru, yang ditemukan dalam kenyataan
sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Guru daapt juga memberikan masukan untuk
pengembangan teori pembelajaran bidang studi Guru;
4. Metodologi PTK Guru hendaknya
ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas Guru yang
sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai sasaran
penelitian;
5. PTK Guru hendaknya direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan, metode,
pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Guru negosiasikan dengan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Guru, sejawat,
murid-murid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya);
6. PTK Guru hendaknya bersifat
antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman
orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa,
antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Guru dapat mencari masukan dari
teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.
Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus
dipertimbangkan:
1. Guru sebagai pelaku PTK hendaknya
berupaya memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melaksanakannya.
2. PTK selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.
3. PTK akan berjalan dengan baik
jika terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah
atau wilayah sendiri.
4. PTK hendaknya dipadukan dengan
komponen evaluasi.